Sejarah Aceh Harus Diungkap Secara Benar

Wakil Gubernur (Wagub) Provinsi Aceh Muhammad Nazar minta para penulis mengungkap kembali sejarah Aceh masa lalu secara benar dan objektif.

"Saya minta para sejarawan mengungkap kembali sejarah Aceh yang selama ini mungkin tersembunyikan di dalam pentas sejarah nasional," katanya di Banda Aceh, Senin.

Hal itu dinyatakan Wagub Muhammad Nazar disela-sela peluncuran buku berjudul "Budaya Aceh dan Aceh Daerah Modal" yang ditulis para sejarawan di provinsi ujung paling barat Indonesia tersebut.

"Ini saya penting untuk memberi gambaran yang sebenarnya terkait apa yang pernah terjadi dan diperankan Aceh dalam panggung sejarah masa lalu," tambahnya.

Pada masa lampau, kata Muhammad Nazar, Aceh merupakan salah satu wilayah yang paling banyak membuat catatan sejarah yang unik di nusantara ini (Indonesia).

Keunikan Aceh telah menaruh perhatian berbagai bangsa di dunia. Keunikan tersebut telah mendorong mereka untuk menulisnya dalam berbagai dimensi tentang Aceh.

"Para penulis tersebut telah menulis catatan tentang Aceh baik dalam periode sejarah klasik maupun komtemporer saat ini," katanya menjelaskan.

Penulisan sejarah Aceh periode klasik telah dilakukan para pelaut yang melintasi Selat Malak sejak awal abda ke-12 seperti Ibnu Batuthah, Marcopolo, dan Laksamana Ceng Ho.

"Mereka menulis saat singgah di Aceh sambil menunggu musim yang tepat untuk melanjutkan pelayarannya ke daerah tujuan," kata Wagub Muhammad Nazar.

Semua catatan sejarah yang ditulis para pelaut itu saat ini telah menjadi manuskrip penting yang banyak terdapat di berbagai Museum di sejumlah negara.

Pada periode selanjutnya adalah penulisan sejarah Aceh melalui hikayat-hikayat seperti hikayat sejarah Melayu dan raja-raja Pasai. Hikayat "Peureulak" sebagai hikayat tertua yang menceritakan tentang sejarah Aceh.

Wagub Muhammad Nazar menyebutkan banyak hikayat tua Aceh lainnya yang juga sangat menarik dikaji kembali seperti "Nun Parisi dan Putroe Gumbak Meuh".

Oleh karena itu, dia mengharapkan buku tentang sejarah Aceh perlu diperbanyak dan dicetak ulang karena masyarakat saat ini sudah sulit mendapatkan buku-buku tersebut.

ARTIKEL TERKAIT