Tahun 1992, Bentara Budaya Yogyakarta mencoba menggelar pameran bertema tembakau. Semua yang berhubungan dengan tembakau, termasuk mesin pembuat gulungan rokok, ditampilkan. Itulah pertama kali BBY mengkreasi sendiri pameran yang diadakannya.
Sebelumnya, BBY hanya menggelar pameran seni yang notabene BBY tinggal menyediakan tempat. Namun, dengan pameran tembakau itu, awak BBY berinisiatif bergerak berburu materi pameran dan sekaligus pertama kali mencetak buku katalog.
Sambutan yang hangat menjadi pemicu BBY menggelar pameran serupa, tetapi dengan tema berbeda. Setidaknya 5-6 kali dalam setahun BBY menggelar pameran seperti itu, misalnya tentang sepeda onthel, gerabah, pakuwon (wuku atau sifat karakter manusia), keris, hingga kamera, radio, dan uang kuno. Ada juga materi pameran yang nyeleneh, misalnya iklan-iklan tempo dulu, cerita bocah, kursi tua, guyonan-guyonan rakyat saat zaman penjajahan Belanda dan Jepang, sampai
Bentara Budaya Yogyakarta mendokumentasikan banyak hal yang bisa menjadi dokumentasi sejarah. Sungguh beruntung Kelompok Kompas Gramedia memiliki BBY.
komik petruk.
Jelas bukan hal mudah untuk mengumpulkan bahan-bahan untuk pameran yang seperti itu. Selain harus menghubungi si pemilik barang dan mewawancarai, beberapa literatur pun berbahasa asing. Seperti pameran tentang Gasing, Ketua Pengelola BBY Hermanu mendapati sebagian literaturnya berbahasa Belanda kuno, yang orang Belanda pun sulit menerjemahkannya.
Beberapa kali, mereka yang awalnya mau meminjamkan koleksinya, mendadak tidak jadi dengan alasan takut koleksinya hilang karena saking langka dan mahalnya. Namun, ada juga kisah menarik, misalnya, saat pameran pit onthel tahun 2006. Saat itu ada satu orang dari Bojonegoro yang kami minta mengisi. "Eh, dia tak hanya senang hati meminjamkan lima onthelnya, tapi langsung diangkut sendiri memakai pikap," kata Hermanu.
Apa yang diangkat BBY berimbas dan sering menggiring publik untuk menoleh. Misalnya, saat pameran Pit Onthel Maret 2006 lalu yang ikut menginspirasi lahirnya Paguyuban Onthel Djogjakarta (Podjok). Podjok lahir November 2006. Towil, Ketua Podjok, mengakui bahwa pameran itu menjadi pemantik masyarakat mulai menoleh onthel. "Tak hanya onthel yang naik daun, tapi utamanya adalah di Yogya mulai tumbuh gerakan bersepeda," papar Towil.
Ada peran unik dijalankankan oleh BBY yang gedungnya satu area dengan Kantor Kompas Biro DIY di Jalan Suroto, Kotabaru, ini. BBY tak hanya menjadi tempat pameran, forum diskusi, atau menggerakkan publik untuk lebih dekat dengan seni, tetapi BBY juga mendokumentasikan banyak hal yang bisa dan jelas akan menjadi sejarah. Kelompok Kompas Gramedia sungguh beruntung mempunyai BBY.
Bentara Budaya Yogyakarta mendokumentasikan banyak hal yang bisa menjadi dokumentasi sejarah. Sungguh beruntung Kelompok Kompas Gramedia memiliki BBY.
0 orang berkomentar on "Bentara Budaya Yogyakarta Ikut Mendokumentasikan Sejarah"
Add a comment and Join the discussion