Ahli psikologi dari University of Arizona AS menyebutkan, bergosip memiliki kaitan dengan kebahagiaan seseorang.
"Terlibat dalam sebuah percakapan mendalam memiliki potensi untuk membuat seseorang lebih bahagia," kata Matthias Mehl yang terlibat dalam studi ini.
Mehl dan timnya membuat kesimpulan ini setelah mengetahui bahwa orang yang bahagia dengan yang tidak, melakukan jenis percakapan yang berbeda.
Sebelumnya, studi terpisah yang dilakukan di University of Michigan menyebutkan bahwa bergosip baik untuk kesehatan karena membuat pelakunya bahagia dan berdampak pada membaiknya tingkat kesehatan mereka.
Namun studi terbaru memiliki pendapat lain. Pada kenyataannya, partisipan yang paling bahagia sering terlibat percakapan yang mendalam dan bermanfaat. Sedangkan mereka yang tidak bahagia, cenderung memiliki kebiasaan bergosip, dimana percakapan mereka umumnya dangkal dan lebih bersifat membuang waktu.
"Sama seperti sifat terbuka yang dapat menanamkan keintiman dalam sebuah hubungan, percakapan yang bersifat mendalam pun dapat menimbulkan arti lebih dalam interaksi dengan partner," kata Mehl seperti dikutip dari dari Times of India, Selasa (9/3/2010).
Dalam studi ini para partisipan diminta menjawab beberapa pertanyaan mengenai kepribadian dan kesejahteraan yang mereka rasakan untuk mengukur seberapa bahagia mereka.
Partisipan juga dibiarkan saling bercerita dan mengobrol dengan teman-temannya dan secara diam-diam direkam oleh tim peneliti. Rekaman percakapan mereka kemudian dinilai dan dikelompokkan menjadi jenis percakapan mendalam dan percakapan dangkal.
Hasilnya menyatakan, kelompok partisipan yang bahagia menghabiskan waktu sendirian 25 persen lebih sedikit dan 70 persen lebih banyak menghabiskan waktu berbicara dibandingkan mereka yang tidak bahagia.
Diketahui pula, percakapan orang-orang yang bahagia umumnya dua kali lebih mendalam dan bermakna ketimbang mereka yang tidak bahagia.
0 orang berkomentar on "Riset: Obrolan Orang Bahagia Cenderung Berkualitas"
Add a comment and Join the discussion